Jumat, 01 Januari 2016

Laporan Identifikasi Tikus Mus Mucullus



IDENTIFIKASI DAN PENGAWETAN TIKUS

Hari/tanggal                : Rabu, 20 Mei 2015
Tempat                        : Laboratorium Rekayasa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

A.   TUJUAN
1.      Untuk mengetahui cara identifikasi tikus
2.      Untuk mengetahui cara penangkapan atau pengendalian vektor tikus.

B.   DASAR TEORI
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas. Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylumchodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.), serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi, dan juga merupakan hewan peliharaan yang populer.Vektor-vektor tersebut sangat berpengaruh sebagai penyebab kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi, karena kita tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya ke satu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Oleh karena itu untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan. Tikus merupakan hewan pengerat yang termasuk dalam ordo Rodentia. Tikus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Dunia              : Animalia
2.      Filum               : Chordata
3.      Sub Filum        : Vertebrata
4.      Kelas               : Mammalia
5.      Subklas            : Theria
6.      Ordo                : Rodentia
7.      Sub ordo         : Myomorpha
8.      Famili              : Muridae
9.      Sub family       : Murinae
10.  Genus              : Bandicota, Rattus, dan Mus.
Tikus yang terdapat disekitar manusia ada beberapa jenis yaitu:
1.      Tikus rumah (Rattus rattus diardii)
2.      Tikus riul (R. norvegicus)
3.      Mencit rumah (Mus musculus)
4.      Wirok  (Bandicota indica)

Tikus dapat menimbulkan berbagai gangguan & kerugian, antara lain :
1.      Minimbulkan kerugian ekonomi à makanan
2.      Menimbulkan kerusakan pada perabot rumah tangga dan juga kerusakan pada bangunan atau gudang penyimpanan bahan makanan.
3.      Dibidang kesehatan tikus – tikus tersebut berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent Borne Diseases (Ordo Rodentia).
Tanda-tanda yg menunjukkan kemungkinan adanya tikus yaitu adanya :
1.      Bekas gigitan (Gnawing)
2.      Alur Jalan (Raun ways)
3.      Bekas Gesekan (Rub mark)
4.      Kubang Terowongan (Burrows)
5.      Kotoran (Dropping)
6.      Bekas Telapak (Trcks Path)
7.      Suara (Voice)
8.      Tikus hidup dan tikus mati
9.      Sarang .
 Identifikasi untuk investigasi keberadaan tikus bertujuan untuk :
1.      Menentukan baru/ lama keberadaan tikus
2.      Menentukan jenis spesies yang ada
3.      Menentukan densitas atau kepadatan tikus
Untuk mengidentifikasi tikus, terdapat beberapa kunci identifikasi, yaitu sebagai berikut :
1.      HB ( Head and Body )  : Panjang kepala dan badan yaitu dari ujung
                                          moncong sampai anus
2.      T ( Tail )                         :  Panjang ekor yaitu dari anus sampai ujung ekor
3.      TL ( Total Length )        :  Panjang seluruh tubuh yaitu dari ujung moncong
                                        sampai ujung ekor (tail + head and body)
4.      SK (Skull)                      : Panjang tengkorak tikus, dimulai dari ujung
                                         tonjolan belakang kepala sampai kepada ujung
                                         tulang hidung
5.      E (Ear)                            : Panjang telinga yaitu dari tabik (legokan) pada
                                        dasar telinga sampai ujung daun telinga
6.      HF (Hind Foot)              : Panjang telapak kaki belakang mulai dari ujung
                                        tumit sampai ujung kuku (cakar)
7.      Diastema                        : celah antara gigi seri dan geraham
8.      Jenis kelamin                   
9.      Warna bulu                    
Pemasangan perangkap harus melihat waktu pengamatan adanya tanda keberadaan tikus, jalan yang dilewati tikus, banyaknya kotoran tikus.
Tikus mempunyai keterbatasan pada penglihatan dan mempunyai kelebihan pada pendengaran, penciuman dan peraba. Diwaktu berkeliaran dimalam hari gerak-gerik tikus dipimpin dan dikendalikan oleh rambut dan kumis yg panjang dan sangat peka.
 Tikus termasuk pembawa penyakit yaitu pes, karena pada badan tikus terdapat pinjal yang dapat menyerang manusia, oleh karena itu kita harus menjaga kebersihan lingkungan dengan baik.

C.   ALAT DAN BAHAN


1.      Perangkap tikus
2.      Kantung gandum
3.      Sisir rapat
4.      Sarung tangan
5.      Toples
6.      Penggaris / mistar
7.      Pinset, alat tulis, kertas putih
8.      Mikroskop
9.      Loupe
10.  Umpan tikus
11.  Kapas berkloroform



D.   CARA KERJA
1.      Pemasangan perangkap
a.       Menyiapkan perangkap tikus
b.      Memasang umpan pada perangkap dan mengaitkan dengan kawat yang terhubung dengan pintu perangkap, sehingga pintu terbuka.
c.       Meletakkan dengan hati-hati perangkap pada jalan yang dicurigai sering dilewati tikus.
d.      Menunggu beberapa waktu sampai ada tikus terperangkap di dalam perangkap tikus.

2.      Identifikasi tikus
a.       Memasukkan tikus yang telah terperangkap ke dalam kantong gandum.
b.      Menyediakan toples yang berisi kapas berkloroform.
c.       Memastikan kepala tikus menghadap ke bawah menyentuh kapas berkloroform.
d.      Menunggu beberapa saat sampai tikus mati.
e.       Setelah tikus mati, segera mengeluarkannya dari toples dan meletakkannya di atas lembaran kertas putih menggunakan sarung tangan.
f.       Menimbang tikus, lalu menyisir rambut tikus untuk mengetahui ada atau tidaknya pinjal dalm tubuhnya.
g.      Mengidentifikasi tikus dari mengukur bagian-bagian tubuh tikus menggunakan mistar hingga melakukan pengamatan terhadap ciri-ciri khusus yang dimiliki setiap spesies tikus.

E.   HASIL PENGAMATAN
Hasil Identifikasi Tikus :
Berat                : 14.4 gr
HB                   : 7.6 cm
T                      : 7.8 cm
TL                    : 15.4 cm
SK                   : 2.5 cm
E                      : 1.2 cm
HF                   : 1.7 cm
Jenis kelamin   : Jantan           
Warna bulu      : Putih
Pada tikus tersebut tidak ditemukan pinjal.
Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan dapat diketahui jenis tikus tersebut yaitu Mus musculus.

F. TEKNIK PENGAWETAN TIKUS

Spesimen tikus yang ada di dalam kantong  kemudian  dibius dengan kloroform. Apabila dibutuhkan ektoparasit agar tetap hidup, cara mematikan tikus tidak diperkenankan menggunakan zat pembius, tetapi dengan memegang kepala dan menarik ekor bersama dengan kakinya sampai tikus menjadi lemas. Untuk mengambil ektoparasit, badan tikus disisir (kepala, punggung, dan perut)  berlawanan arah dengan arah rambutnya. Kantong kain bekas tikus diperiksa secara seksama baik dalam dan luar kantong. Selanjutnya tikus  ditimbang, lalu diukur panjang  total (PT), panjang ekot (PE), panjang telapak kakai belakang (K), panjang  telinga (T). Semua data  yang diperoleh  dicatat dengan teliti di tabel yang tersedia.

Selain data tersebut di atas, yang merupakan  tanda-tanda khusus spesimen, diperlukan  pula awetan  spesimennya, sebagai  voucher specimen. Spesimen awetan ini  sangat penting  untuk dibandingkan  dengan spesimen yang sudah  teridentifikasi  dengan benar sebagai  koleksi referensi yang tersimpan dimuseum.

Ada dua cara  pengawetan  koleksi tikus  dan mencit, yaitu :

a.       Pengawetan secara utuh, yaitu dengan cara merendam spesimen  ke dalam  campuran  larutan formalin  10 % atau alkohol 70 % sebanyak 1 000 ml volume atau disesuaikan dengan besar tikus. Hal yang penting diperhatikan adalah seluruh badan tikus termasuk ekor benar-benar terendam dalam larutan formalin atau alkohol. Sebelum dimasukkan ke dalam campuran  larutan  tersebut, perut  spesimen  dibedah agak lebar agar larutan pengawet  merasuk ke dalamnya. Cara ini sering digunakan untuk penelitian anotomi binatang atau identifikasi secara genetis dimasa depan.

b.      Pengawetan kulit,  yaitu awetan yang berupa kulit tikus. Cara pembuatan awetan kulit diawali dengan badan tikus diletakan di baki/meja dengan sisi ventral menghadap ke atas, kulit  di bagian  perut diiris membujur sepanjang  3-4 cm. Kemudian kulit dibuka dengan hati-hati, sehingga daging perut bagian dalam terlihat. 

Gambar 1. Pengirisan kulit perut tikus membujur sepanjang 3-4 cm
Kulit yang menempel pada daging perut ditekan sedemikian rupa ke arah kiri atau kanan bergantian sehingga daging paha kaki belakang dapat diangkat keluar (Gambar 1).  Kaki belakang kiri dan kanan dikeluarkan secara bergantian dan tulang  sebatas lutut  dipotong dengan gunting.




Gambar 2. Pengelupasan kulit dari tulang kaki
Daging yang melekat  pada potongan kaki dibersihkan. (Gambar 2). Selanjutnya  kulit dilepaskan dengan hati-hati ke arah ekor. Untuk mengurangi licinnya kulit bagian  dalam, digunakan  serbuk gergaji.


Gambar 2. Pelepasan kulit dari badan tikus

Ekor dicabut keluar secara hati-hati (Gambar 3). Setelah ekor keluar pelepasan kulit dilanjutkan ke arah kepala.


Gambar 3. Pelepasan kulit dari kepala tikus

Setelah sampai di bagian kaki depan tulang kaki depan di potong sampai kepangkal pergelangan kaki depan (Gambar 4).

Gambar 4. Pelepasan kulit dari telinga tikus
Kemudian dilanjutkan pelepasan kulit kearah kepala secara hati-hati, pada saat sampai ditelinga, pangkal telinga kanan dan kiri dipotong dengan pisau yang tajam (skapel), demikian pula pada bagian mata (Gambar 5).



 

Gambar 5. Pelepasan kulit dari telinga tikus



Selanjutnya kulit ditarik kedepan secara perlahan-lahan sampai ujung hidung, pelepasan kepala dilakukan dengan menggunakan skapel atau gunting  kecil (Gambar 6).
 


Gambar 6. Pelepasan kulit dari ujung hidung tikus



Kulit dibersihkan dari semua daging yang menempel, kemudian  kulit bagian  dalam dilumuri  serbuk boraks untuk pengawetan. Mempersiapkan kapas yang disesuaikan dengan ukuran badan tikus , yaitu lembaran kapas yang diperkirakan sesuai dengan ukuran tikus dipotong, diguling  sehingga membentuk bentuk padat lonjong sesuai dengan besar badan tikus (Gambar 7).
Gambar 7. Mempersiapkan kapas disesuaikan dengan ukuran badan tikus

Mempersiapkan kawat kecil dengan ukuran panjang ekor tikus, tetapi panjang kawat sebaiknya 3–4 cm lebih panjang dari ekor tikus. Kawat dilapisi seluruhnya dengan kapas secara dipilin sedikit demi sedikit, dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan volume ekor. Kawat dimasukkkan ke dalam ekor, hingga ekor menjadi padat (Gambar 8).
   


Gambar 8. Mempersiapkan pilinan kapas pada kawat disesuaikan dengan panjang ekor tikus



Kapas yang dipadatkan  dan dibentuk sesuai dengan kepala dan badan tersebut, dimasukkan secara hati-hati  ke dalam kulit tikus lewat mulut dengan menggunakan pinset. Usahakan badan terisi penuh dengan kapas (Gambar 9).
 


Gambar 9. Memasukkan kapas lewat mulut  tikus



Mulut dijahit dari sebelah  dalam dengan menghubungkan  ketiga  potongan  bibir dengan benang dan diikat (Gambar 10).


Gambar 10. Menjahit mulut tikus
Tulang kaki depan dan kaki belakang  dibalut/diisi kapas dan dikembalikan seperti semula. Setelah badan  tikus terbentuk , bagian perut  yang diiris  dijahit kembali secara zigzag (Gambar 11).


   

Gambar 11. Menjahit badan tikus



Tikus yang sudah berisi  kapas  diletakan  pada papan triplek dengan sisi ventral  menghadap  ke bawah  dan ke dua  pasang kaki  di atur sedemikian rupa  sehingga  kaki  depan lurus  ke depan  dan kaki belakang  lurus ke belakang sejajar dengan badan. Ujung – ujung kaki  dipaku  sedang  ujung ekor dijepit dengan  dua paku  di kanan kirinya. Spesimen  dikeringkan (Gambar 12).

 

Gambar 12. Awetan tikus diletakkan di papan dengan posisi lurus

Kepala yang masih menyatu dengan badan tikus dipotong dengan menggunakan gunting dan direbus (Gambar 13). Setelah dagingnya lunak  dibersihkan  dan disimpan  di dalam  tabung plastik  setelah diberi  label berisi nomer, lokasi, tgl. dan kolektor


Gambar 13. Tengkorak tikus yang diberi label
Awetan tikus yang telah terbentuk sempurna, sebelum disimpan  di dalam  kantong plastik  diberi  label  yang lengkap sebagai berikut ;
                                               




Gambar 14. Contoh label
 
G.    KESIMPULAN
Pada hasil pemerikasaan tikus diperoleh :
1.      Dari pemeriksaan, tidak tidak ditemukan adanya pinjal
2.      Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan dapat diketahui jenis tikus tersebut yaitu Mus musculus.
Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.      Sanitasi lingkungan
Mengelola dan memelihara lingkungan sehingga tidak sesuai bagi hidup dan berkembangbiak tikus
2.      Penghalang Mekanis
Penghalang atau barier mekanis bertujuan untuk mencegah tikus memasuki bangunan atau gudang < 6mm krn Mencit 12 mm, Tikus 14 mm
3.      Perangkap
Live trap (single atau multiple), Snap trap atau Break-back trap, Glue-board trap
4.      Gelombang Elektromagnetik
5.      Biologis
Kucing dan anjing sebagai predator
6.      Umpan Beracun
Poison Bait, Water Bait, Powder Bait
7.      Fumigasi
Biosida, Fosfin, CO2, metil bromida, dsb.
DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar