IDENTIFIKASI DAN PENGAWETAN TIKUS
Hari/tanggal : Rabu, 20 Mei 2015
Tempat :
Laboratorium Rekayasa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
A.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui cara identifikasi tikus
2.
Untuk mengetahui cara penangkapan atau
pengendalian vektor tikus.
B.
DASAR TEORI
Vektor adalah anthropoda yang dapat
menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada
induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang
termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena
disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit,
seperti yang sudah diartikan diatas. Adapun dari penggolongan binatang ada
dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum
sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti
nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam
berdarah, dan phylumchodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta
sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus
binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor
dan binatang pengganggu.
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam
suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.), serta
tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan
merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi, dan juga merupakan
hewan peliharaan yang populer.Vektor-vektor tersebut sangat berpengaruh sebagai
penyebab kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang
penggangu tersebut harus di tanggulangi, karena kita tidak mungkin membasmi
sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau
menurunkan populasinya ke satu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun
membahayakan kehidupan manusia. Oleh karena itu untuk mencapai harapan tersebut
perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses
pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat
yang tidak membahayakan. Tikus merupakan hewan pengerat yang termasuk dalam
ordo Rodentia. Tikus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Dunia :
Animalia
2.
Filum :
Chordata
3.
Sub Filum : Vertebrata
4.
Kelas :
Mammalia
5.
Subklas :
Theria
6.
Ordo :
Rodentia
7.
Sub ordo :
Myomorpha
8.
Famili :
Muridae
9.
Sub family : Murinae
10. Genus : Bandicota, Rattus, dan Mus.
Tikus
yang terdapat disekitar manusia ada beberapa jenis yaitu:
1.
Tikus
rumah (Rattus rattus diardii)
2.
Tikus
riul (R. norvegicus)
3.
Mencit
rumah (Mus musculus)
4.
Wirok (Bandicota indica)
Tikus dapat menimbulkan berbagai gangguan & kerugian,
antara lain :
1.
Minimbulkan
kerugian ekonomi à makanan
2.
Menimbulkan
kerusakan pada perabot rumah tangga dan juga kerusakan pada bangunan atau
gudang penyimpanan bahan makanan.
3.
Dibidang
kesehatan tikus – tikus tersebut berperan sebagai tuan rumah perantara untuk
beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent Borne Diseases (Ordo
Rodentia).
Tanda-tanda yg menunjukkan kemungkinan adanya tikus yaitu
adanya :
1.
Bekas gigitan
(Gnawing)
2.
Alur Jalan
(Raun ways)
3.
Bekas Gesekan
(Rub mark)
4.
Kubang
Terowongan (Burrows)
5.
Kotoran
(Dropping)
6.
Bekas Telapak
(Trcks Path)
7.
Suara (Voice)
8.
Tikus hidup dan tikus mati
9.
Sarang
.
Identifikasi
untuk investigasi keberadaan tikus bertujuan untuk :
1.
Menentukan baru/ lama keberadaan tikus
2.
Menentukan jenis spesies yang ada
3.
Menentukan densitas atau kepadatan tikus
Untuk mengidentifikasi tikus, terdapat beberapa
kunci identifikasi, yaitu sebagai berikut :
1.
HB ( Head and Body ) : Panjang kepala dan badan yaitu dari ujung
moncong sampai anus
moncong sampai anus
2.
T ( Tail ) : Panjang ekor yaitu dari anus sampai ujung ekor
3.
TL ( Total Length ) : Panjang
seluruh tubuh yaitu dari ujung moncong
sampai ujung ekor (tail + head and body)
sampai ujung ekor (tail + head and body)
4.
SK (Skull) : Panjang
tengkorak tikus, dimulai dari ujung
tonjolan belakang kepala sampai kepada ujung
tulang hidung
tonjolan belakang kepala sampai kepada ujung
tulang hidung
5.
E (Ear) :
Panjang telinga yaitu dari tabik (legokan) pada
dasar telinga sampai ujung daun telinga
dasar telinga sampai ujung daun telinga
6.
HF
(Hind Foot) :
Panjang telapak kaki belakang mulai dari ujung
tumit sampai ujung kuku (cakar)
tumit sampai ujung kuku (cakar)
7.
Diastema : celah antara gigi seri dan geraham
8.
Jenis kelamin
9.
Warna bulu
Pemasangan
perangkap harus melihat waktu pengamatan adanya tanda keberadaan tikus, jalan
yang dilewati tikus, banyaknya kotoran tikus.
Tikus mempunyai
keterbatasan pada penglihatan dan mempunyai kelebihan pada pendengaran,
penciuman dan peraba. Diwaktu berkeliaran dimalam hari gerak-gerik tikus
dipimpin dan dikendalikan oleh rambut dan kumis yg panjang dan sangat peka.
Tikus termasuk pembawa penyakit yaitu pes,
karena pada badan tikus terdapat pinjal yang dapat menyerang manusia, oleh
karena itu kita harus menjaga kebersihan lingkungan dengan baik.
C.
ALAT DAN BAHAN
1.
Perangkap tikus
2.
Kantung gandum
3.
Sisir rapat
4.
Sarung tangan
5.
Toples
6.
Penggaris / mistar
7.
Pinset, alat tulis, kertas putih
8.
Mikroskop
9.
Loupe
10. Umpan
tikus
11. Kapas
berkloroform
D.
CARA KERJA
1.
Pemasangan perangkap
a.
Menyiapkan perangkap tikus
b.
Memasang umpan pada perangkap dan
mengaitkan dengan kawat yang terhubung dengan pintu perangkap, sehingga pintu
terbuka.
c.
Meletakkan dengan hati-hati perangkap
pada jalan yang dicurigai sering dilewati tikus.
d.
Menunggu beberapa waktu sampai ada tikus
terperangkap di dalam perangkap tikus.
2.
Identifikasi tikus
a.
Memasukkan tikus yang telah terperangkap
ke dalam kantong gandum.
b.
Menyediakan toples yang berisi kapas
berkloroform.
c.
Memastikan kepala tikus menghadap ke
bawah menyentuh kapas berkloroform.
d.
Menunggu beberapa saat sampai tikus
mati.
e.
Setelah tikus mati, segera
mengeluarkannya dari toples dan meletakkannya di atas lembaran kertas putih
menggunakan sarung tangan.
f.
Menimbang tikus, lalu menyisir rambut
tikus untuk mengetahui ada atau tidaknya pinjal dalm tubuhnya.
g.
Mengidentifikasi tikus dari mengukur
bagian-bagian tubuh tikus menggunakan mistar hingga melakukan pengamatan
terhadap ciri-ciri khusus yang dimiliki setiap spesies tikus.
E.
HASIL PENGAMATAN
Hasil
Identifikasi Tikus :
Berat : 14.4 gr
HB : 7.6 cm
T
: 7.8 cm
TL : 15.4 cm
SK : 2.5 cm
E : 1.2 cm
HF :
1.7 cm
Jenis
kelamin : Jantan
Warna
bulu : Putih
Pada tikus tersebut
tidak ditemukan pinjal.
Dari hasil identifikasi
yang telah dilakukan dapat diketahui jenis tikus tersebut yaitu Mus musculus.
F. TEKNIK PENGAWETAN TIKUS
Spesimen tikus yang ada
di dalam kantong kemudian dibius dengan kloroform. Apabila dibutuhkan
ektoparasit agar tetap hidup, cara mematikan tikus tidak diperkenankan
menggunakan zat pembius, tetapi dengan memegang kepala dan menarik ekor bersama
dengan kakinya sampai tikus menjadi lemas. Untuk mengambil ektoparasit, badan
tikus disisir (kepala, punggung, dan perut)
berlawanan arah dengan arah rambutnya. Kantong kain bekas tikus
diperiksa secara seksama baik dalam dan luar kantong. Selanjutnya tikus ditimbang, lalu diukur panjang total (PT), panjang ekot (PE), panjang
telapak kakai belakang (K), panjang telinga
(T). Semua data yang diperoleh dicatat dengan teliti di tabel yang tersedia.
Selain data tersebut di
atas, yang merupakan tanda-tanda khusus
spesimen, diperlukan pula awetan spesimennya, sebagai voucher
specimen. Spesimen awetan ini sangat
penting untuk dibandingkan dengan spesimen yang sudah teridentifikasi dengan benar sebagai koleksi referensi yang tersimpan dimuseum.
Ada dua cara pengawetan
koleksi tikus dan mencit, yaitu :
a. Pengawetan secara utuh,
yaitu dengan cara merendam spesimen ke
dalam campuran larutan formalin 10 % atau alkohol 70 % sebanyak 1 000 ml
volume atau disesuaikan dengan besar tikus. Hal yang penting diperhatikan
adalah seluruh badan tikus termasuk ekor benar-benar terendam dalam larutan
formalin atau alkohol. Sebelum dimasukkan ke dalam campuran larutan
tersebut, perut spesimen dibedah agak lebar agar larutan pengawet merasuk ke dalamnya. Cara ini sering
digunakan untuk penelitian anotomi binatang atau identifikasi secara genetis
dimasa depan.
b. Pengawetan kulit, yaitu awetan yang berupa kulit tikus. Cara
pembuatan awetan kulit diawali dengan badan tikus diletakan di baki/meja dengan
sisi ventral menghadap ke atas, kulit di
bagian perut diiris membujur
sepanjang 3-4 cm. Kemudian
kulit dibuka dengan hati-hati, sehingga daging perut bagian dalam terlihat.
Gambar 1. Pengirisan kulit perut tikus membujur
sepanjang 3-4 cm
Kulit yang menempel pada daging
perut ditekan sedemikian rupa ke arah kiri atau kanan bergantian sehingga
daging paha kaki belakang dapat diangkat keluar (Gambar 1). Kaki belakang kiri dan kanan dikeluarkan
secara bergantian dan tulang sebatas
lutut dipotong dengan gunting.
Gambar 2. Pengelupasan kulit dari tulang kaki
Daging yang melekat pada potongan kaki dibersihkan. (Gambar 2).
Selanjutnya kulit dilepaskan dengan
hati-hati ke arah ekor. Untuk mengurangi licinnya kulit bagian dalam, digunakan serbuk gergaji.
Gambar 2. Pelepasan kulit dari badan tikus
Ekor dicabut keluar secara
hati-hati (Gambar 3). Setelah ekor keluar pelepasan kulit dilanjutkan ke arah
kepala.
Gambar 3. Pelepasan kulit dari kepala tikus
Setelah sampai di bagian kaki
depan tulang kaki depan di potong sampai kepangkal pergelangan kaki depan
(Gambar 4).
Gambar 4. Pelepasan kulit dari telinga tikus
Kemudian dilanjutkan pelepasan
kulit kearah kepala secara hati-hati, pada saat sampai ditelinga, pangkal
telinga kanan dan kiri dipotong dengan pisau yang tajam (skapel), demikian pula
pada bagian mata (Gambar 5).
Gambar 5. Pelepasan kulit dari telinga tikus
Selanjutnya kulit ditarik
kedepan secara perlahan-lahan sampai ujung hidung, pelepasan kepala dilakukan
dengan menggunakan skapel atau gunting
kecil (Gambar 6).
Gambar 6. Pelepasan kulit dari ujung hidung tikus
Kulit dibersihkan dari
semua daging yang menempel, kemudian
kulit bagian dalam dilumuri serbuk boraks untuk pengawetan. Mempersiapkan
kapas yang disesuaikan dengan ukuran badan tikus , yaitu lembaran kapas yang
diperkirakan sesuai dengan ukuran tikus dipotong, diguling sehingga membentuk bentuk padat lonjong
sesuai dengan besar badan tikus (Gambar 7).
Gambar 7. Mempersiapkan kapas disesuaikan dengan
ukuran badan tikus
Mempersiapkan kawat kecil
dengan ukuran panjang ekor tikus, tetapi panjang kawat sebaiknya 3–4 cm lebih
panjang dari ekor tikus. Kawat dilapisi seluruhnya dengan kapas secara dipilin
sedikit demi sedikit, dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran
dan volume ekor. Kawat dimasukkkan ke dalam ekor, hingga ekor menjadi padat
(Gambar 8).
Gambar 8. Mempersiapkan pilinan
kapas pada kawat disesuaikan dengan panjang ekor tikus
Kapas
yang dipadatkan dan dibentuk sesuai
dengan kepala dan badan tersebut, dimasukkan secara hati-hati ke dalam kulit tikus lewat mulut dengan
menggunakan pinset. Usahakan badan terisi penuh dengan kapas (Gambar 9).
Gambar 9. Memasukkan kapas lewat
mulut tikus
Mulut
dijahit dari sebelah dalam dengan
menghubungkan ketiga potongan
bibir dengan benang dan diikat (Gambar 10).
Gambar 10. Menjahit mulut tikus
Tulang kaki depan dan
kaki belakang dibalut/diisi kapas dan
dikembalikan seperti semula. Setelah badan
tikus terbentuk , bagian perut
yang diiris dijahit kembali
secara zigzag (Gambar 11).
Gambar 11. Menjahit badan tikus
Tikus yang sudah
berisi kapas diletakan
pada papan triplek dengan sisi ventral
menghadap ke bawah dan ke dua
pasang kaki di atur sedemikian
rupa sehingga kaki
depan lurus ke depan dan kaki belakang lurus ke belakang sejajar dengan badan. Ujung
– ujung kaki dipaku sedang
ujung ekor dijepit dengan dua
paku di kanan kirinya. Spesimen dikeringkan (Gambar 12).
Gambar 12. Awetan tikus
diletakkan di papan dengan posisi lurus
Kepala
yang masih menyatu dengan badan tikus dipotong dengan menggunakan gunting dan
direbus (Gambar 13). Setelah dagingnya lunak
dibersihkan dan disimpan di dalam
tabung plastik setelah
diberi label berisi nomer, lokasi, tgl.
dan kolektor
Gambar 13. Tengkorak tikus yang
diberi label
Awetan tikus yang telah
terbentuk sempurna, sebelum disimpan di
dalam kantong plastik diberi
label yang lengkap sebagai
berikut ;
Gambar 14. Contoh label
G. KESIMPULAN
Pada
hasil pemerikasaan tikus diperoleh :
1.
Dari pemeriksaan, tidak tidak ditemukan
adanya pinjal
2.
Dari hasil identifikasi yang telah
dilakukan dapat diketahui jenis tikus tersebut yaitu Mus musculus.
Pengendalian tikus
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.
Sanitasi
lingkungan
Mengelola dan memelihara lingkungan sehingga
tidak sesuai bagi hidup dan berkembangbiak tikus
2.
Penghalang Mekanis
Penghalang atau barier mekanis bertujuan untuk mencegah
tikus memasuki bangunan atau gudang < 6mm krn Mencit 12 mm, Tikus 14 mm
3.
Perangkap
Live
trap
(single atau multiple), Snap
trap atau Break-back trap, Glue-board trap
4.
Gelombang Elektromagnetik
5.
Biologis
Kucing
dan anjing sebagai predator
6.
Umpan Beracun
Poison
Bait,
Water Bait, Powder Bait
7.
Fumigasi
Biosida,
Fosfin, CO2, metil bromida, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar